Sunday 1 April 2018

The Winner's Kiss


Judul : The Winner's Kiss (The Winner's Trilogy #3)
Penulis : Marie Rutkoski
Tebal : 484 halaman
Penerbit : Bloomsbury Children's

War has begun. Arin is in the thick of it with untrustworthy new allies and the empire as his enemy. Though he has convinced himself that he no longer loves Kestrel, Arin hasn’t forgotten her, or how she became exactly the kind of person he has always despised. She cared more for the empire than she did for the lives of innocent people—and certainly more than she did for him.

At least, that’s what he thinks.

In the frozen north, Kestrel is a prisoner in a brutal work camp. As she searches desperately for a way to escape, she wishes Arin could know what she sacrificed for him. She wishes she could make the empire pay for what they’ve done to her.

But no one gets what they want just by wishing.

As the war intensifies, both Kestrel and Arin discover that the world is changing. The East is pitted against the West, and they are caught in between. With so much to lose, can anybody really win?


Review:
Warning: Spoiler!

Inilah akhir dari seri favorit terbaru saya. Memang, saya lebih suka buku keduanya karena lebih angsty dan banyak intriknya. Tapi buku ini sangat bagus dari sisi perang, strategi, dan romance-nya. 

Buku ini menyuguhkan sisi yang berbeda dari Kestrel dan Arin. Mereka sudah berubah banyak akibat kejadian yang mereka alami di buku-buku sebelumnya. Apalagi Kestrel mengalami amnesia karena obat yang diminumnya di tempatnya dipaksa kerja rodi. Kestrel dan Arin harus belajar untuk saling percaya satu sama lain. Mereka juga harus belajar menerima dan memaafkan masa lalu.

Sebenarnya saya suka tema amnesia. Tapi saya agak waswas awalnya karena tinggal satu buku lagi. Memangnya bisa selesai secepat itu? Untungnya, amnesia itu tidak bertahan lama. Bagaimanapun juga Kestrel tetap pintar dan dia bisa menebak apa saja yang terjadi di hidupnya sebelumnya. Beneran, deh. Saya hampir selalu tidak bisa jalan pikiran Kestrel karena saking pintarnya. Keren banget. Strategi-strategi perangnya dan bahkan adegan mengalahkan sang raja di akhir juga tidak tertebak. Saya sudah panik sendiri walaupun saya tahu pasti happy ending. 

Kekuatan seri ini adalah romance yang dibangun pelan-pelan dan juga dua tokoh utama yang sangat menarik untuk diikuti. Keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda, namun mereka tetap menghormati satu sama lain. Saya suka bagaimana Kestrel yang ateis mau menerima paham kepercayaan Arin. Saya suka bagaimana mereka mengobrol tentang salah paham yang terjadi di antara mereka. Saya juga suka bagian mereka belajar untuk saling percaya di tengah kebohongan yang pernah mereka utarakan. Inilah romance yang sesungguhnya. Kebanyakan buku memiliki romance yang terlalu instan dan lancar padahal sebenarnya sangat sulit menyatukan dua orang dengan pemikiran yang berbeda. Walaupun saya tidak terlalu percaya pada konsep true love, di buku ini saya percaya. Saya bisa merasakan perasaan tulus Arin dan Kestrel. Apalagi gaya penulisan Marie Rutkoski itu, lho. Subtle. Cukup dengan menunjukkan sedikit saja, penulis bisa membuat saya terbawa perasaan. Bahkan adegan kecil kayak bagaimana Arin tidak mau dibantah saat ingin menyelamatkan Kestrel di tempat gadis itu kerja rodi saja bisa bikin saya sakit hati. Cara penulis menempatkan adegan dan kata-katanya itu pas banget.

“He changed us both." She seemed to struggle for words. "I think of you, all that you lost, who you were, what you were forced to be, and might have been, and I—I have become this, this person, unable to—"

She shut her mouth.

"Kestrel," he said softly, "I love this person.” (Damn, Arin. Bisa-bisanya ngomong sesuatu yang tak terduga dan bikin saya terharu)


Oh, ya. Saya lupa menyebutkan satu tokoh tambahan bernama Roshar. Tokoh satu ini epik banget. Level sarkastisnya itu sudah kelas atas. Kayaknya saya belum pernah menemukan tokoh sarkastis yang humornya sekejam Roshar. Tapi dia lucu sekali. Interaksinya dengan Arin bikin saya tertawa berkali-kali.

Buku ini sempurna. Begitu juga ending-nya. Boleh dibilang satu-satunya keluhan saya soal buku ini cuma itu. Saya lebih suka ending yang lebih bittersweet. Memang, di akhir Kestrel tetap tidak bisa menyelesaikan hubungannya dengan ayahnya. Tapi tetap saja. Saya merasa ending-nya bisa dibikin lebih sedih.  

Perjalanan membaca yang sangat memuaskan. Saya selalu terbawa sedih setiap kali teringat seri ini. Buat saya, Kestrel adalah tokoh favorit yang tidak bakal saya lupakan.

“If I die, you'll survive. If you die, it will destroy me.” (Jleb. Saya bingung kenapa Kestrel nggak langsung meleleh di tempat, lol)

Seri The Winner's Trilogy:
1. The Winner's Curse
2. The Winner's Crime
3. The Winner's Kiss

5/5

No comments:

Post a Comment