Saturday 14 September 2013

Delirium


Judul : Delirium (Delirium #1)
Penulis : Lauren Oliver
Tebal : 393 halaman
Penerbit : Hodder

Lena Haloway is content in her safe, government-managed society. She feels (mostly) relaxed about the future in which her husband and career will be decided, and looks forward to turning 18, when she’ll be cured of deliria, a.k.a. love. She tries not to think about her mother’s suicide (her last words to Lena were a forbidden “I love you”) or the supposed “Invalid” community made up of the uncured just beyond her Portland, Maine, border. There’s no real point—she believes her government knows how to best protect its people, and should do so at any cost. But 95 days before her cure, Lena meets Alex, a confident and mysterious young man who makes her heart flutter and her skin turn red-hot. As their romance blossoms, Lena begins to doubt the intentions of those in power, and fears that her world will turn gray should she submit to the procedure.


Review:
Dunia Lena adalah dunia dystopia yang berbeda di mana cinta dianggap sebagai penyakit yang berbahaya. Bahkan penyakit itu punya nama: Amor Deliria Nervosa. Setiap penduduknya akan diberi obat untuk melawan penyakit itu di usia 16 tahun. 

Hidup tanpa cinta sangatlah sederhana. Pasangan hidup dan pekerjaan sudah ditentukan dari awal. Karena tidak bisa merasakan cinta, maka orang tidak akan mempunyai hobi ataupun keinginan untuk memiliki sesuatu. Dunia yang damai. Tidak ada perselingkuhan, tidak ada sakit hati, tidak ada kekecewaan... Tidak ada perasaan. Betapa membosankannya dunia seperti itu. Menurut saya, hidup akan lebih berwarna kalau ada banyak masalah, dilema, dan kesedihan. Saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa hobi membaca, misalnya. Tampaknya saya penderita kronis Amor Deliria Nervosa. 

Karena dibesarkan dalam lingkungan yang mempercayai kalau cinta itu penyakit, Lena pun mempunyai pola pikir yang sama. Tapi saat ia bertemu salah satu orang Invalid (orang-orang yang belum diobati dan tinggal di luar batas kota) yang menyamar bernama Alex, ia pun mulai merasakan keraguan. Di bagian ini saya harus memuji Lauren Oliver karena bisa mendeskripsikan dengan bagus sekali perasaan dan kebingungan Lena dalam memandang cinta yang tumbuh di hatinya. Apakah itu adalah suatu penyakit ataukah suatu karunia?

Sebagian besar novel ini menceritakan tentang kegiatan sehari-hari Lena sambil menunggu waktu ia mendapat suntikan obat. Boleh dibilang, hampir tidak ada yang terjadi selain pertemuan-pertemuannya dengan Alex. Tapi Lauren Oliver adalah seorang penulis yang luar biasa. Kalimat-kalimatnya yang puitis dan penuh metafora membuat saya betah membaca buku ini. Penjelasannya tentang pemandangan pantai yang dikunjungi Lena, kebebasan Lena saat berlari bersama sahabatnya Hannah, rasa takut dan depresinya karena akan kehilangan Alex... Semua itu membuat novel ini begitu hidup dan real seakan saya ikut menjalani kehidupan Lena. 

Salah satu kalimat bagus di paragraf terakhir:

“You can build walls all the way to the sky and I will find a way to fly above them. You can try to pin me down with a hundred thousand arms, but I will find a way to resist. And there are many of us out there, more than you think. People who refuse to stop believing. People who refuse to come to earth. People who love in a world without walls, people who love into hate, into refusal, against hope, and without fear.

I love you. Remember. They cannot take it.” 

Dari segi cerita, saya menyukai konsep dunia dystopia yang diciptakan Lauren Oliver. Quote-quote di awal setiap babnya sangat bagus. Saya suka dengan potongan-potongan kecil yang diambil dari textbook kedokteran imajinasi mengenai Amor Deliria Nervosa. Beneran keren. Memang, cerita baru mulai intens di saat hubungan Lena dan Alex ketahuan. Ada pengejaran, penembakan, pengorbanan... Tapi walaupun ceritanya datar di awal, saya tetap suka karena tulisan Lauren Oliver itu sendiri. Beautiful.

“Symptoms of Amor Deliria Nervosa

PHASE ONE:
-preoccupation; difficulty focusing
-dry mouth
-perspiration, sweaty palms
-fits of dizziness and disorientation
-reduced mental awareness; racing thoughts; impaired reasoning skills

PHASE TWO:
-periods of euphoria; hysterical laughter and heightened energy
-periods of despair; lethargy
-changes in appetite; rapid weight loss or weight gain
-fixation; loss of other interests
-compromised reasoning skills; distortion of reality
-disruption of sleep patterns; insomnia or constant fatigue
-obsessive thoughts and actions
-paranoia; insecurity

PHASE THREE (CRITICAL):
-difficulty breathing
-pain in the chest, throat or stomach
-complete breakdown of rational faculties; erratic behavior; violent thoughts and fantasies; hallucinations and delusions

PHASE FOUR (FATAL):
-emotional or physical paralysis (partial or total)
-death

If you fear that you or someone you know may have contracted deliria, please call the emergency line toll-free at 1-800-PREVENT to discuss immediate intake and treatment.”

4/5

No comments:

Post a Comment